TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Kecelakaan motor pada tahun 2012 menjadi malapetaka terbesar dalam kehidupan Jackson Malau. Ia terpuruk menyadari kondisi dirinya akibat lakalantas tersebut.
Bagaimana tidak, selama menjalani perawatan medis yang cukup panjang, lelaki kelahiran Kabupaten Dairi ini sempat dinyatakan harus diamputasi oleh pihak rumah sakit.
Rasa takut tak dapat beraktivitas seperti biasa terus berkecamuk di dalam pikirannya.
"Semenjak kecelakaan pada tahun 2012, saya melakukan pengobatan panjang sampai 2013. Nah saat itu pihak rumah sakit minta saya untuk diamputasi. Kebetulan saya sama keluarga keberatan untuk diamputasi, jadi akhirnya saya mengakhiri pengobatan rumah sakit dan berjalan hingga saat ini menggunakan tongkat," ungkap Jackson, Jumat (11/6/2021).
Bertahun-tahun di tengah keterpurukan, terlintas di benaknya kata-kata mutiara, "Akan ada pelangi sehabis hujan".
Ia pun mencoba berdamai dengan keadaan yang tak lagi sempurna.
Lelaki 34 tahun ini akhirnya bangkit kembali pada tahun 2016.
Ia kembali ke kampung dengan membuka usaha fotokopi dengan nama Berkah Utama Mandiri, Jalan Pardomuan, Desa Pardomuan, Kecamatan Siempat Nempu Hilir, Kabupaten Dairi.
Namun, lantaran keterbatasan biaya, Jackson memilih menumpang membuka usaha di rumah keluarganya dengan luas tempat 2x4 meter. Kecil memang, namun Jackson bersyukur mendapat kesempatan berwirausaha.
Saat mulai menjalankan usaha fotokopi miliknya, Jackson mengisi perlengkapan seadanya dengan modal yang terbatas.
Jackson bersikukuh untuk membuka fotokopi pada saat itu lantaran ia meliha kondisi desanya yang begitu minim usaha perlengkapan ATK.
Sehingga, ia pun bertekad untuk dapat memudahkan anak sekolah di sana untuk dapat membeli peralatan sekolah.
"Kebetulan di kampung itu cuma satu yang punya usaha fotokopi. Jadi biar memudahkan mereka (anak sekolah) juga untuk dapat membeli peralatan tulis. Sekolah juga ada yang bisa kita ajak partner, itu yang membuat saya memantapkan diri untuk buka usaha ini," tuturnya.
Sambil menjalankan usahanya, Jackson juga sambil berpikir untuk dapat mengembangkan usaha miliknya ini.
Kemudian pada tahun 2017, menjadi awal perjumpaan pihak BRI dengan Jackson. Pada perjumpaan tersebut, Jackson mencurahkan keinginannya untuk dapat bisnisnya dan dari sinilah dia memiliki keinginan untuk menjadi Agen Brilink.
Namun, pada akhirnya Jackson berhasil menjadi Agen Brilink pada tahun 2018. Ia menjelaskan bahwa dirinya harus menunggu hadirnya tower jaringan internet di desanya.
"Pada tahun 2017 saya curhat dengan BRI. Tapi pada tahun itu kebetulan daerah saya belum ada jaringan provider. Tapi sudah curhat dengan pihak BRI. Jadi tahun 2018, memang kalau sudah jodoh ya, ada penurunan tower di daerah desa kami ini. Terus langsung saya kabari lagi pihak BRI terkait keinginan saya bergabung dan langsung direspon. Jadi sekitar sebulan proses menjadi agen BRI," jelasnya.
Jackson menuturkan bahwa dirinya tak mengalami kesulitan saat mengurus pendaftaran lantaran dirinya juga dibimbing hingga akhirnya resmi menjadi agen BRILink.
"Pada saat itu memang syarat nya yaitu harus memiliki lokasi usaha, kemudian kita merupakan nasabah BRI, kemudian KTP, KK, dan nomor NPWP kemudian izin usaha tingkat kecamatan," kata Jackson.
Ketakutan Jackson yang mengira tak dapat melakukan aktivitas ternyata tak terbukti. Kini setelah menjadi agen BRILink Unit Parongil Cabang Sidikalang selama 3,5 tahun, kehidupan Jackson kian membaik.
'Puji Tuhan ya, bisa dibilang sangat diluar ekspetasi kita hanya sekedar saja tapi ternyata memberikan dampak yang cukup besar," ujarnya.
Dalam satu hari, Jackson melayani 20-40 nasabah per hari dengan transaksi per hari Rp80 juta- Rp100 juta dengan berbagai transaksi seperti transfer, tarik tunai, setor simpanan, dan pembayaran tagihan.
Adapun operasional BRILink Jackson dibuka pada Senin - Sabtu : 06.00 s/d 22.00 dan Minggu : 06.00 s/d 09.00 dan 13.00 s/d 22.00 (Karena Ibadah Minggu).
Hadirnya BRILink di Desa Pardomuan ini ternyata disambut baik oleh masyarakat. Hal ini lantaran desa yang ditinggali Jackson cukup terpencil yang memerlukan jarak kurang lebih 30km untuk ke BRI unit Desa Pardomuan dan sekitar 40km untuk ke Sidikalang.
Selama 3,5 tahun berjalan sebagai agen BRILink, kini Jackson sudah memiliki rumah sendiri dari hasil usahanya dengan dukungan BRILink.
"Dampak besar yang paling saya rasakan yaitu saya sudah bisa beli tanah dan bangun rumah sendiri dan dalam dua bulan terakhir ini saya baru saja siap renovasi untuk bangun lantai dua di depan usaha kita ini," tuturnya.
Kini, Jackson bersama istri, Elvi Solina Nainggolan dan kedua anaknya dapat menjalani kehidupan dengan berkecukupan dan tetap melayani para nasabah dengan sebaik mungkin untuk menjaga kepercayaan masyarakat.
Pendapatan Sistem Sharing Fee
Perkembangan yang cukup pesat ini juga turut membuat Alex Iwan Sinaga, Petugas Agen BRILink (PAB) wilayah Kecamatan Sidikalang, Dairi senang bahwa agen BRILink yang ia dampingi dapat meningkatkan perekonomian.
"Dia saat itu hanya punya fotokopi dan rumah masih sederhana terbuat dari kayu. Jarak kota ke desanya juga sangat jauh termasuk pelosok. Dengan usaha sebagai agen BRILink dia bisa cari pendapatan sendiri. Pak Jackson ini sangat ulet bekerja, bahkan jika malam ada yang ingin transaksi tetap ia layani," ujar Alex.
Dijelaslan Alex, sistem pendapatan menjadi agen BRILink dinamakan sharing fee dengan pembagian 50:50.
"Jadi dari yang dibagi itu misalnya transfer sesama BRI administrasinya Rp3000. Itu terdebet dulu dari agen, kemudian besoknya dikembalikan lagi sama agen sebesar Rp1500. Semua transaksi lainnya seperti itu," jelasnya.
Adapun untuk biaya administrasi transfer sesama BRI Rp3000, transfer antarbank Rp15.000 dengan maksimal Rp2 juta kemudian untuk transfer antarbank di atas Rp2 juta-Rp5 juta itu sebesar Rp20.000.
"Jadi di BRILink ada limit, nasabah tidak dapat mengirim di atas Rp5 juta karena untuk bertransaksi maksimal Rp5 juta di agen BRILink. Penarikan uang pun langsung Rp15 juta tidak bisa karena maksimal Rp10 juta untuk tarik tunai, jadi harus dua kali transaksi," kata Alex.
Berdasarkan informasi dari Alex, saat ini di BRI Sidikalang memiliki kurang lebih 360 agen BRILink untuk dua kabupaten yaitu Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak Bharat.
Dikatakan Alex, untuk menjadi agen BRILink cukup mudah dengan para nasabah hanya perlu memiliki usaha seperti warung, toko, ataupun kios kecil. Kemudian memiliki rekening BRI dan modal awal sebesar Rp15 juta.
"Nasabah minimal punya dana sebesar Rp15 juta karena itu nanti perputarannya untuk mengirim uang, pengambilan uang sebagai modal awal. Jadi itu dilengkapi surat keterangan usaha dari kades atau RT/RW," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di Tribun-Medan.com dengan judul Kisah Sukses Agen BRILink di Dairi, Sempat Terpuruk Karena Cacat Kini Mampu Bangun Rumah Bertingkat, https://medan.tribunnews.com/2021/06/11/kisah-sukses-agen-brilink-di-dairi-sempat-terpuruk-karena-cacat-kini-mampu-bangun-rumah-bertingkat?page=2.
Penulis: Kartika Sari | Editor: Juang Naibaho
Read More >>